Sikuai Oh Sikuai

Seminggu sudah kami lewatkan di jakarta, tiba saatnya untuk our family gateway. Setelah bimbang antara Bunaken dan Sikuai (resort dekat padang), dengan alasan budget, akhirnya kami (baca saya) putuskan untuk ke Sikuai (14-19 desember 2008). Padahal saya sudah transfer uang untuk reservasi ke Onong resort Siladen (masih di kepulauan Bunaken) dan sudah "menyusahkan" my dear Nuke untuk reservasi pesawat. Untung si orang Itali yg mengelola Onong mengembalikan transferan saya tanpa dipotong sedikit pun juga (seharusnya ada 30% cancelation fee). Untuk mempersingkat cerita, berikut ini kesan dan pesan saya ttg Sikuai, pulau kecil di pesisir padang.

Sikuai bisa dijangkau dg perahu selama 45 menit dari pelabuhan bahari muara. Sewa kamar/cottage: Rp.800.000,- termasuk makan pagi doang dan transfer ke dan dari pulau. Pulaunya cantik, pantainya cantik, pemandangan pulau2 kecil yg mengelilingi Sikuai benar2 menakjubkan, cuma sayangnya kebersihan Sikuai perlu ditingkatkan. Di pantai/laut sering kita temukan bungkus permen dan botol2 minuman. Padahal setiap pagi, berpuluh2 orang sibuk membersihkan pantai. Inilah para pengunjungnya kurang disiplin, kok pantai dijadikan tong sampah.

Kondisi kamar pun perlu diberi lifting. Bak cuci tangan berlumut, dudukan toilet.... ngga perlu diceritakan deh. Sayang sungguh disayang, padahal resort ini diinaugurasi thn 1996, belum terlalu tua lah.

Kolam renang, penuh dengan serangga mati (pantas Célia cuma mau berenang pada hari pertama, hari2 berikutnya dia ogah berenang)

Ada track untuk mengelilingi pulau, namun di beberapa tempat ada timbunan sampah.

Listrik mati dari jam 10 pagi sampai jam 5 sore. Hari pertama dan kedua, kita tidur siang seperti di sauna. Saya sibuk me-lap keringat Célia sambil mengipas2innya.

Banyak nyamuk (kalo ini sih memang dari alamnya ya), lihat nih si kecil ku dijadikan santapan tiap malam dan pagi para nyamuk2, biarpun sudah dikasih krim anti nyamuk.

Harga makanan cukup mahal (sebetulnya normal aja, namanya juga di pulau), jadinya menurut saya harga cottage yg 800 ribu tanpa makan siang + malam menjadi is not a good quality/price mengingat kondisi kebersihan pantai/kamar/kolam renang. Contoh, harga ikan Rp 20.000,-/ons. Jadi sehari itu, pengeluaran kita utk makan mencapai +/- Rp. 500.000,-.

Harga diving Rp. 2 juta / dive.... ke laut aja deh!

Kadang2 kita merasa pathetic juga secara dari 5 malam kita di situ (dari minggu ke jumat), kadang2 kita adalah satu2 nya customer di restoran/pulau. Suka jengah juga mengingat kita cuma ber 3 sementara pegawainya berpuluh2 di pulau itu. Tapi setelah ngobrol2 dg pegawai sana, mereka bilang pada waktu lebaran, akhir tahun dan wiken, reservasi pulau cukup penuh. Alhamdulillah deh, sebetulnya saya hrs bersukur krn berasa pulau milik sendiri kan ?

Kok kesannya liburannya ngga menyenangkan ya he he he. Ada juga sih moment2 yg menyenangkan: melihat Célia main air di kolam renang dg papanya, hunting kerang2 an, main2 di pasir, jalan2 keliling pulau, tidur siang di bawah pohon (di hari ke 3 baru otak saya jalan, dari pada tidur siang aka sauna di kamar, lebih baik tidur sambil di hembus sepoi2 air laut kan ?), menikmati pemandang pulau sikuai nan cantik, rileks, istirahat dan yg terpenting spending a quality time with the 3 of us.

Bye bye Sikuai.

Update:

Saya mau "belain" sedikit pulau Sikuai, silakan lihat blog ini dan video ini.